Selasa, 08 Maret 2011

TEPIAN » Komentar atas Berita dan Tulisan untuk umat islam


Nabi Palsu, Sikap Nabi, dan Ahmadiyah)*
16 Februari 2011 06:20:59 

Pada tahun kesepuluh Hijriah, Nabi Muhammad SAW menerima surat dari seseorang yang mengaku jadi nabi. Namanya Musailamah bin Habib, petinggi Bani Hanifah, salah satu suku Arab yang menguasai hampir seluruh kawasan Yamamah (sekarang sekitar Al-Riyad). Dalam suratnya, Musailamah berujar: “Dari Musailamah, utusan Allah, untuk Muhammad, utusan Allah. Saya adalah partner Anda dalam kenabian. Separuh bumi semestinya menjadi wilayah kekuasaanku, dan separuhnya yang lain kekuasaanmu….”
 Seperti dituturkan ahli tafsir dan sejarawan muslim terkemuka pada abad ketiga Hijriah, Imam Ibn Jarir Al-Tabari (838-923), dalam kitabnya Tarikh al-Rusul wa al-Muluk (Sejarah Para Rasul dan Raja) atau yang dikenal sebagai Tarikh al-Tabari, Musailamah bukanlah sosok yang sepenuhnya asing bagi Nabi. Beberapa bulan sebelum berkirim surat, Musailamah ikut dalam delegasi dari Yamamah yang menemui beliau di Madinah dan bersaksi atas kerasulannya. Delegasi inilah yang kemudian membawa Islam ke wilayah asal mereka dan membangun masjid di sana.

Menerima surat dari Musailamah yang mengaku nabi, Rasul tidak lantas memaksanya menyatakan diri keluar dari Islam dan mendirikan agama baru, apalagi memeranginya. Padahal gampang saja kalau beliau mau, karena saat itu kekuatan kaum muslim di Madinah nyaris tak tertandingi. Mekah saja, yang tadinya menjadi markas para musuh bebuyutan Nabi, jatuh ke pelukan Islam. Yang dilakukan Rasul hanyalah mengirim surat balasan ke Musailamah: “Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah dan Pengasih. Dari Muhammad, utusan Allah, ke Musailamah sang pendusta (al-kazzab). Bumi seluruhnya milik Allah. Allah menganugerahkannya kepada hamba-Nya yang Dia kehendaki. Keselamatan hanyalah bagi mereka yang berada di jalan yang lurus.” Rasul menempuh dakwah dengan cara persuasi dan bukan cara kekerasan. Musailamah memang dikutuk sebagai al-Kazzab, tapi keberadaannya tidak dimusnahkan.

Namun, setelah Nabi wafat, ceritanya jadi lain. Umat Islam yang masih shocked karena ditinggal pemimpinnya berada dalam ancaman disintegrasi. Sejumlah suku Arab menyatakan memisahkan diri dari komunitas Islam di bawah pimpinan khalifah pertama, Abu Bakr al-Shiddiq. Sebagian dari mereka mengangkat nabi baru sebagai pemimpin untuk kelompok mereka sendiri. Musailamah dan sejumlah nabi palsu lain, seperti Al-Aswad dari Yaman dan Tulaikhah bin Khuwailid dari Bani As’ad, menyatakan menolak membayar zakat, suatu tindakan yang pada masa itu melambangkan pembangkangan terhadap pemerintah pusat di Madinah. Abu Bakr lalu melancarkan ekspedisi militer untuk menumpas gerakan pemurtadan oleh para nabi palsu tersebut, yang menurut dia telah merongrong kedaulatan khalifah dan membahayakan kesatuan umat. Perang Abu Bakr ini dikenal sebagai “perang melawan kemurtadan (hurub al-ridda).”


Tampaknya, “perang melawan kemurtadan” inilah yang diadopsi begitu saja oleh para pelaku kekerasan terhadap Ahmadiyah tanpa disertai pemahaman yang mumpuni terhadap duduk perkaranya. Penyerangan brutal di Banten minggu lalu, yang menewaskan tiga warga Ahmadiyah, secara luas memang telah dikecam bahkan oleh banyak kalangan muslim sendiri, entah dengan alasan menodai citra Islam yang damai, merusak kerukunan beragama, atau melanggar hak asasi kaum minoritas. Tapi bagi para pelaku penyerangan dan yang membenarkannya, seperti FPI, apa yang mereka lakukan semata-mata demi membela Islam dari noda pemurtadan. Jemaah Ahmadiyah dianggap telah murtad karena mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi, dan karena itu mesti dikeluarkan secara paksa dari Islam.


Ironisnya, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Menteri Agama, dan pihak-pihak yang mengaku tidak menyetujui anarkisme terhadap Ahmadiyah, yang terus memaksa agar Ahmadiyah menjadi agama baru di luar Islam, sebenarnya juga memakai pendekatan “perang melawan kemurtadan” secara gegabah. Dalam hal ini, perbedaan MUI dan Menteri Agama dengan kaum penyerang Ahmadiyah hanya terletak dalam hal metode, tapi tidak dalam tujuan. Saya sebut ironis karena majelis ulama, yang berlabel “Indonesia” di belakang, ternyata merubuhkan prinsip kebinekaan Indonesia. Ironis karena seorang menteri yang merupakan hasil pemilu demokratis ternyata mempunyai pandangan yang melenceng dari konstitusi demokratis yang menjamin hak setiap warga menjalankan agama sesuai dengan keyakinannya. Yang paling ironis, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membiarkan saja semua itu terjadi.

Lepas dari itu, kalau kita tinjau dari sudut doktrin dan sejarah Islam pun, pemakaian kerangka “perang melawan pemurtadan” untuk menyikapi Ahmadiyah sejatinya sama sekali tak berdasar. Patut diingat, sebutan “perang melawan kemurtadan” bukanlah kreasi Abu Bakr sendiri, melainkan penamaan belakangan dari para sejarawan muslim. Disebut demikian barangkali karena yang diperangi saat itu memang arus pemurtadan yang terkait dengan munculnya sejumlah nabi palsu. Dan gerakan nabi palsu pada masa itu berjalin berkelindan dengan upaya menggembosi kedaulatan kekhalifahan. Penolakan membayar zakat bukan hanya pelanggaran terhadap rukun Islam, tapi juga sebentuk aksi makar. Ini karena, berbeda dengan ibadah salat yang hanya melulu menyangkut hubungan hamba dan Tuhannya, urusan zakat berkaitan dengan negara. Tambahan pula, para nabi palsu tersebut juga membangun kekuatan militernya sendiri. Musailamah, misalnya, menggalang tidak kurang dari 40 ribu anggota pasukan untuk melawan pasukan muslim dalam perang Yamamah, sampai-sampai armada muslim di bawah Khalid bin Walid sempat kewalahan pada awalnya.

Karena itu, perang Abu Bakr melawan kemurtadan mesti dibaca sebagai sebuah tindakan yang lebih bersifat politis ketimbang teologis, yakni berhubungan dengan penumpasan terhadap kelompok pemberontak.

Karena itu, “perang melawan kemurtadan” versi khalifah Abu Bakr tidak bisa begitu saja diterapkan dalam konteks Indonesia sekarang. Taruhlah memang jemaah Ahmadiyah telah murtad karena mempercayai Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi. Tapi bukankah sejauh ini mereka belum pernah membangun kekuatan militer untuk merongrong umat Islam dan pemerintahan yang sah seperti Musailamah pada masa khalifah Abu Bakr? Bukankah sejauh ini warga Ahmadiyah hanya menuntut untuk diberi ruang menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinannya? Kalau memang begitu, apakah tidak keliru kalau mereka diperlakukan seperti para pemberontak?

Ditinjau dari perspektif kaidah fiqh “hukum berporos pada alasan”, gerakan pemurtadan oleh para nabi palsu pada masa Abu Bakr memang wajib diperangi, karena saat itu kemurtadan identik dengan pemberontakan yang mengancam kedaulatan khalifah dan integrasi umat. Adapun kalau sekadar murtad saja tanpa dibarengi pemberontakan, hukum yang berlaku tentu tidak sama. Pada titik inilah kita bisa mengacu pada peristiwa korespondensi antara Nabi Muhammad dan Musailamah seperti saya paparkan di awal tulisan.

Di sinilah pemahaman tentang metodologi hukum Islam mutlak diperlukan dalam melihat pokok soalnya. Tanpa pengetahuan yang mumpuni tentang metodologi hukum Islam, keputusan yang muncul dan tindakan yang diambil mungkin saja tampak sesuai dengan ajaran syariat, tapi bisa jadi esensinya bertentangan dengan maqashid al- syari’ah (tujuan-tujuan syariat) yang lebih bersifat universal, seperti perlindungan terhadap hak-hak dasar manusia.

Lagi pula, satu-satunya dalil Al-Quran tentang kemurtadan sama sekali tidak menyeru kaum muslim untuk memerangi kaum murtad semata-mata karena kemurtadannya. Simaklah Surat Ali Imran ayat 90. Ayat ini tidak menyinggung soal perlunya menggunakan cara-cara kekerasan dan paksaan terhadap si murtad, karena Tuhanlah yang akan menjadi hakim atas perbuatannya di akhirat nanti.

Dalam kerangka Qurani semacam inilah kita bisa mengerti kenapa Nabi tidak menghukum Musailamah, yang tanpa tedeng aling-aling mengaku sebagai nabi. Bukan karena beliau mendiamkannya--toh Nabi melabelinya dengan gelar “Al-Kazzab”. Menurut saya, nabi bersikap seperti itu karena, dalam Al-Quran, hukuman terhadap si murtad memang sepenuhnya menjadi hak prerogatif Allah SWT. Nabi Muhammad hanyalah seorang manusia biasa yang bertugas menyampaikan risalah Ilahi. Beliau bukan Tuhan yang turun ke bumi. Itulah sebabnya Al-Quran menegaskan tidak ada paksaan dalam agama.

Kalau Nabi saja demikian sikapnya, alangkah lancangnya Front Pembela Islam (FPI), MUI, dan Menteri Agama yang merasa punya hak untuk mengambil alih wewenang Tuhan untuk mendaulat diri mereka sebagai hakim atas orang-orang yang dianggap murtad seperti terlihat dalam sikap mereka terhadap jemaah Ahmadiyah. Di sinilah saya kira umat Islam mesti memilih dalam bersikap, mau mengikuti cara-cara FPI, MUI, dan Menteri Agama, atau meneladani sikap Rasulullah.

*) Akhmad Sahal, Kader NU, kandidat PhD Universitas Pennsylvania (Dari Tempo Interaktif, Rabu 16 Februari 2011 | 07: 12 WIB

bag 3 Fatwa Liga Muslim Dunia - Ahmadiyah Sesat


Para Ulama Sengaja Sembunyikan Hadits Tentang Pergantian Kepemimpinan Umat Islam di  Masa Yang Akan Datang.
Mari kita kembali ke Sunnah :
Sabda Nabi Muhammad SAW bahwa Umat Islam akan berada pada 4 era pergantian kepemimpinan.
Pertama; umat Islam berada pada zaman kenabian (selama 23 tahun). Kedua; umat Islam akan berada dibawah pimpinan Khilafah `ala minhajin nubuwah (I). Ketiga; umat Islam akan dibawah kepemimpinan Mulkan `Adhan (kerajaan menggigit) dan Mulkan Jabariyah (kerajaan dictator) selama 12.5 abad.  Keempat; umat Islam akan berada dibawah kepemimpinan Khilafah `ala minhajin nubuwah (II). (HR. Ahmad, Baihaqi, Misykat hal. 461).
          Dalam hadits lain Rasul SAW bersabda; “Bahwa zaman kejayaan  hanya ada 3 abad, setelah itu ganti zaman kemunduran selama 10 abad (diilustrasikan satu hari lamanya 1000 tahun Qs. As-Sajdah : 5).
          Khudzaifah bertanya kepada Nabi; “Ya Rasulullah, apakah setelah zaman kejelekan/kemunduran aka nada zaman kebaikan?”. Jawab Nabi; “Ya, akan tetapi Kedamaian yang diselimuti oleh Fitnah”. (HR. Abu Dawud, juz 4, hal 47, no hadis 4246)
Jika abad 13 H telah berlalu maka abad ke 14 H adalah zaman Khilafah `ala minhajin nubuwah (zaman kebaikan). Siapakah gerangan orang-orang yang telah mendakwahkan diri sebagai Imam Mahdi dan Masih Mau`ud selain Mirza Ghulam Ahmad dari Qadian, dan pada pendakwaannya itu terjadi dua tanda di langit berupa gerhana bulan dan gerhana matahari didalam bulan suci ramadlan?
Setelah Mulkan Jabariyah (Khilafah Islamiyah Turki Usmani) diangkat oleh Allah SWT maka pada zaman itu umat Islam sudah berada pada zaman Khilafah `ala minhajin nubuwah (Kepemimpinan berdasarkan system kenabian) disebut zaman kejayaan kedua.
Khilafah Turki Usmani telah runtuh pada 8 Maret 1924 M, mari kita cocokkan dengan Khilafah Ahmadiyah yang berdiri pada 27 Mei 1908 M, Mengapa 16 tahun berdiri lebih duluan daripada keruntuhan Khilafah Turki Usmani?  Hal itu seperti gigi anak yang copot, maka sebelum lepas gigi lama maka gigi baru sudah tumbuh duluan.
Dan kalau ternyata pada abad ke 14 H, itu tidak ada orang mendakwahkan sebagai Imam Mahdi dan Masih Mau`ud, maka tuduhan nabi palsu yang selama ini dilancarkan oleh anti Ahmadiyah adalah mlesetdan sudah semestinya mereka harus segera bertobat kepada Allah SWT dan ikuti pesan Rasul SAW untuk berbai`at kepada Imam Mahdi walaupun harus mendaki gunung salju dengan berjalan merangkak.
Dalil yang dipertahankan oleh MUI “La nabiyya ba`di”. Tidak ada nabi sesudah aku (Nabi) ternyata hanya dalam waktu terbatas.
buktinya semenjak Nabi Muhammad SAW wafat hingga runtuhnya Khilafah Turki Usmani selama 13 abad tidak ada seorang nabi yang diutus oleh Allah. Kalau tokh ada, itulah yang disebut Pendusta yang berjumlah 30 orang, maka ajaran mereka semuanya telah dihancurkan oleh Allah SWT sebagaimana seorang tentara gadungan yang diserahkan kepada sang Komendan, pasti mereka akan digelandang didalam penjara.
Berkenaan dengan pengakuan dusta mereka maka Allah berfirman yang artinya; “Dan sekiranya engkau (Muhammad) berkata dusta atas nama Kami sebagian perkataan engkau. Niscaya Kami mengambilnya dengan tangan kanan Kami. Kemudian akan Kami putuskan urat jantung engkau. Maka tidak ada seorang pun dari kalian yang dapat menaklukkan Kami (Qs. Al-Haqqah : 44 – 4 7).
Liga Muslim Dunia menolak pendakwaan Mirza Ghulam Ahmad sebagai Imam Mahdi dan nabi Isa as dengan tuduhan sebagai nabi palsu. Padahal dengan kewafatan beliau maka berdirilah Khilafah `ala minhajin nubuwah (II). Sesuai Qs. An-Nur : 55 “Bahwa Allah berjanji akan memberikan Khilafah dimuka bumi bagi orang-orang yang beriman dan beramal salih. Dan barangsiapa tidak percaya setelah datangnya Khilafah maka mereka dihukumi sebagai fasiq/durhaka kepada Allah.”
Kita semua tahu, dengan Khilafah Islamiyah maka umat Islam diseluruh dunia akan bangkit dan berjaya kembali. (Itulah sebabnya Hizbu Tahrir Indonesia /HTI telah lama mewacanakan berdirinya Khilafah Islamiyah namun tak kunjung jadi).

bagi 2 Fatwa Liga Muslim Dunia - Ahmadiyah Sesat


Jumlah Komentar yang Pro dan yang Netral:
Setelah membaca Fatwa Liga Muslim Dunia tersebut, maka para komentar yang kontra terhadap Ahmadiyah sekitar 99 %, Sedangkan yang netral hanya ada 1 %. Melalui yang satu ini, maka rahasia dibalik Fatwa Liga Muslim Dunia dapat terbantahkan melalui komentar dibawah ini:
Komentar dari : Mi`raj Budiman Ganie (Februari 6, 2011 at9:22 pm , Reply)
Untuk seluruh umat Muslim di Indonesia khususnya dan seluruh dunia umumnya, semua kita kembalikan pada KITABULLAH/AL-QUR`AN dan SUNNAH RASUL. Otherwise Setan yang akan membawa kita ke JAHANNAM, Audzubillah min zalik. Allahu akbar 3 X
Kebetulan Butir SKB 3 Menteri no 2, menyebutkan; “…..Ahmadiyah dilarang menyampaikan tentang Kenabian yang bertentangan dengan Ajaran Pokok yang dianut oleh umat Islam mayoritas di Indonesia”. 
Yang dimaksud Ajaran Pokok tiada lain adalah Al-Qur`an dan As-Sunnah/Al-Hadits.
Jika diilustrasikan komentar yang kontra terhadap Ahmadiyah sebanyak 99 % tersebut, jika diibaratkan seorang memandang gunung dari kejauhan, maka gunung tersebut kelihatan berwarna biru/abu-abu. Padahal setelah didaki sampai di puncaknya, maka warna biru/abu-abu tersebut tidak ada. Itulah fitnah bagi setiap pandangan mata.
Mari kita kemblikan pada Kitabullah/Al-Qur`an (Sesuai ajakan Mi`raj Budiman Ganie) :
Di dalam Al-Qur`an surah Al-Hujurat, ayat ke 6, Allah SWT berfirman yang artinya; “Wahai orang-orang yang beriman! Jika datang kepada kalian berita fasik maka selidikilah, agar kalian tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum karena kebodohan kalian sehingga kalian menyesali atas perbuatannya.   
Penulis yakin, bahwa Fatwa Liga Muslim Dunia telah melanggar ayat tersebut diatas. Mengapa kami berani katakan demikian? Coba lihat! Bagaimana keadaan sekarang negara-negara Muslim yang bergabung dalam Rabithah Alam Islami, apakah negara-negara tersebut aman atau malah bergejolak? Buktinya TKI & TKW banyak mengalami penderitaan di negara yang terkenal kaya minyak atau dengan sebutan“Tanah Suci” itu.
Sekarang kita mulai menelusuri akhlak setiap warga Ahmadiyah yang telah difatwa sesat oleh Liga Muslim Dunia itu? Mari kita adakan cros cek dulu, jangan langsung kita percaya begitu saja seperti kata Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang setiap dialog selalu mengatakan “Ijma` Ulama Rabithah sudah final. Padahal setelah dicek, ternyata akhlak seiap warga Ahmadi selalu lebih unggul daripada umumnya umat Islam.
Survey tersebut dilakukan disetiap lingkungan masyarakat yang ada warga Ahmadi, disetiap Lembaga Pemasyarakatan bahkan hingga di KPK. (yang dianggap sesat)
Sedangkan yang menfatwa sesat, seperti Departemen Agama RI dan MUI justru merupakan sarang koruptor nomor wahid di Indonesia. Maka fatwa yang telah beredar selama ini hanyalah fitnah belaka. Bukankah fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan? (Qs. Al-Baqarah : 191).
Kejadian pembunuhan 3 warga Ahmadiyah yang diamuk secara massa oleh anti Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang, Banten tanggal ……walaupun kelihatannya mereka sangat sadis ditayangkan di internet, akan tetapi disisi Allah yang lebih kejam adalah si pembuat fatwa fitnah tersebut (Rabithah & MUI).
Para Ulama Sengaja Sembunyikan Hadits Tentang Pergantian Kepemimpinan Umat Islam di  Masa Yang Akan Datang.

Fatwa Liga Muslim Dunia - Ahmadiyah Sesat

          Liga Muslim Dunia melangsungkan konfrensi tahunannya di Makkah Al-Mukarromah Saudi Arabia dari tanggal 14 s/d 16 Rabi`ul Awwal 1394 H (6 S/D 10 April 1974) yang diikuti oleh 140 delegasi Negara-negara Muslim dan organisasi Muslim dari seluruh dunia.
Deklarasai Liga Muslim Dunia – Tahun 1974
(Rabithah al-Alam al-Islami)
Qadianiyah atau Ahmadiyah : adalah sebuah gerakan bawah tanah yang melawan Islam dan Muslimin dunia, dengan penuh kepalsuan dan kebohongan mengaku sebagai sebuah aliran Islam; yang berkedok sebagai Islam dan untuk kepentingan keduniaan mereka berusaha menarik perhatian dan merencanakan untuk  merusak fondamen Islam.
Penyimpangan-penyimpangan nyata dari prinsip-prinsip dasar Islam adalah sebagai berikut :
1.     Pendirinya mengaku sebagai nabi.
2.     Mereka dengan sengaja menyimpangkan pengertian ayat-ayat Kitab Suci Al-Qur`an.
3.     Mereka menyatakan bahwa jihad telah dihapus.
Qadianiyah semula dibantu perkembangannya oleh imperialis Inggris. Oleh sebab itu, Qadiani telah tumbuh dengan subur dibawah bendera Inggris. Gerakan ini telah sepenuhnya berkhianat dan berbohong  dalam berhubungan dengan umat Islam. Agaknya, mereka setia kepada Imperialisme dan Zionosme. Mereka telah begitu dalam menjalin hubungan dan bekerjasama  dengan kekuatan-kekuatan anti-Islam dan menyebarkan ajaran khususnya melalui metode-metode jahat berikut ini ;
Membangun mesjid dengan bantuan dari kekuatan anti Islam di mana pemikiran-pemikiran Qadiani yang menyesatkan ditanamkan kepada orang.
Membuka sekolah-sekolah, lembaga pendidikan dan panti asuhan dimana didalamnya orang diajarkan dan dilatih untuk bagaimana agar mereka dapat lebih menjadi anti-Islam dalam setiap  kegiatan-kegiatan mereka.
Mereka juga menerbitkan versi Al-Qur`an yang merusak dalam berbagai macam bahasa lokal dan internasional.
Untuk menanggulangi keadaan bahaya ini, konferensi Liga Muslim Dunia telah merekomendasikan dan mengambil langkah-langkah sebagai berikut :
Seluruh organisasi-organisasi Muslim di dunia harus tetap mewaspadai setiap kegiatan-kegiatan orang-orang Ahmadiyah di masing-masing Negara dan membatasi sekolah-sekolah dan panti-panti asuhan mereka. Selain itu, kepada seluruh organisasi-organisasi Muslim di dunia, harus dapat menunjukkan kepada setiap Muslim di seluruh dunia tentang gambaran asli orang Qadiani dan memberikan laporan/data tentang berbagai macam taktik mereka sehingga kaum Muslimin di seluruh dunia terlindung dari rencana-rencana mereka.
Mereka harus dianggap sebagai golongan non-Muslim dan keluar dari Islam juga dilarang keras untuk memasuki Tanah Suci.
Tidak berurusan dengan orang-orang Ahmadiyah Qadiani, dan memutuskan hubungan social, ekonomi dan budaya.
Tidak melakukan pernikahan dengan mereka, serta mereka tidak diizinkan untuk dikubur di pemakaman  Muslim serta diperlakukan seperti layaknya orang-orang non-Muslim yang lainnya.
Seluruh Negara-negara Muslim di dunia harus mengadakan pelarangan  keras terhadap aktivitas para pengikut Mirza Ghulam Ahmad. Dan harus menganggap mereka sebagai minoritas non Muslim dan melarang mereka untuk jabatan yang sensitive dalam Negara.
Menyiarkan semua penyelewengan Ahmadiyah yang mereka lakukan terhadap Kitab Suci Al-Qur`an disertai inventarisasi terjemahan-terjemahan Al-Qur`an yang dibuat Ahmadiyah dan memperingatkan umat Islam mengenai karya-karya tulis mereka.
Semua golongan yang menyeleweng dari Islam diperlakukan sama seperti Ahmadiyah.
*****
Jumlah Komentar yang Pro dan yang Netral:
Setelah membaca Fatwa Liga Muslim Dunia tersebut, maka para komentar yang kontra terhadap Ahmadiyah sekitar 99 %, Sedangkan yang netral hanya ada 1 %. Melalui yang satu ini, maka rahasia dibalik Fatwa Liga Muslim Dunia dapat terbantahkan melalui komentar dibawah ini:
Komentar dari : Mi`raj Budiman Ganie (Februari 6, 2011 at9:22 pm , Reply)
Untuk seluruh umat Muslim di Indonesia khususnya dan seluruh dunia umumnya, semua kita kembalikan pada KITABULLAH/AL-QUR`AN dan SUNNAH RASUL. Otherwise Setan yang akan membawa kita ke JAHANNAM, Audzubillah min zalik. Allahu akbar 3 X
Kebetulan Butir SKB 3 Menteri no 2, menyebutkan; “…..Ahmadiyah dilarang menyampaikan tentang Kenabian yang bertentangan dengan Ajaran Pokok yang dianut oleh umat Islam mayoritas di Indonesia”. 
Yang dimaksud Ajaran Pokok tiada lain adalah Al-Qur`an dan As-Sunnah/Al-Hadits.
Jika diilustrasikan komentar yang kontra terhadap Ahmadiyah sebanyak 99 % tersebut, jika diibaratkan seorang memandang gunung dari kejauhan, maka gunung tersebut kelihatan berwarna biru/abu-abu. Padahal setelah didaki sampai di puncaknya, maka warna biru/abu-abu tersebut tidak ada. Itulah fitnah bagi setiap pandangan mata.
Mari kita kemblikan pada Kitabullah/Al-Qur`an (Sesuai ajakan Mi`raj Budiman Ganie) :
Di dalam Al-Qur`an surah Al-Hujurat, ayat ke 6, Allah SWT berfirman yang artinya; “Wahai orang-orang yang beriman! Jika datang kepada kalian berita fasik maka selidikilah, agar kalian tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum karena kebodohan kalian sehingga kalian menyesali atas perbuatannya.   
Penulis yakin, bahwa Fatwa Liga Muslim Dunia telah melanggar ayat tersebut diatas. Mengapa kami berani katakan demikian? Coba lihat! Bagaimana keadaan sekarang negara-negara Muslim yang bergabung dalam Rabithah Alam Islami, apakah negara-negara tersebut aman atau malah bergejolak? Buktinya TKI & TKW banyak mengalami penderitaan di negara yang terkenal kaya minyak atau dengan sebutan“Tanah Suci” itu.
Sekarang kita mulai menelusuri akhlak setiap warga Ahmadiyah yang telah difatwa sesat oleh Liga Muslim Dunia itu? Mari kita adakan cros cek dulu, jangan langsung kita percaya begitu saja seperti kata Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang setiap dialog selalu mengatakan “Ijma` Ulama Rabithah sudah final. Padahal setelah dicek, ternyata akhlak seiap warga Ahmadi selalu lebih unggul daripada umumnya umat Islam.
Survey tersebut dilakukan disetiap lingkungan masyarakat yang ada warga Ahmadi, disetiap Lembaga Pemasyarakatan bahkan hingga di KPK. (yang dianggap sesat)
Sedangkan yang menfatwa sesat, seperti Departemen Agama RI dan MUI justru merupakan sarang koruptor nomor wahid di Indonesia. Maka fatwa yang telah beredar selama ini hanyalah fitnah belaka. Bukankah fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan? (Qs. Al-Baqarah : 191).
Kejadian pembunuhan 3 warga Ahmadiyah yang diamuk secara massa oleh anti Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang, Banten tanggal ……walaupun kelihatannya mereka sangat sadis ditayangkan di internet, akan tetapi disisi Allah yang lebih kejam adalah si pembuat fatwa fitnah tersebut (Rabithah & MUI).
Para Ulama Sengaja Sembunyikan Hadits Tentang Pergantian Kepemimpinan Umat Islam di  Masa Yang Akan Datang.
Mari kita kembali ke Sunnah :
Sabda Nabi Muhammad SAW bahwa Umat Islam akan berada pada 4 era pergantian kepemimpinan.
Pertama; umat Islam berada pada zaman kenabian (selama 23 tahun). Kedua; umat Islam akan berada dibawah pimpinan Khilafah `ala minhajin nubuwah (I). Ketiga; umat Islam akan dibawah kepemimpinan Mulkan `Adhan (kerajaan menggigit) dan Mulkan Jabariyah (kerajaan dictator) selama 12.5 abad.  Keempat; umat Islam akan berada dibawah kepemimpinan Khilafah `ala minhajin nubuwah (II). (HR. Ahmad, Baihaqi, Misykat hal. 461).
          Dalam hadits lain Rasul SAW bersabda; “Bahwa zaman kejayaan  hanya ada 3 abad, setelah itu ganti zaman kemunduran selama 10 abad (diilustrasikan satu hari lamanya 1000 tahun Qs. As-Sajdah : 5).
          Khudzaifah bertanya kepada Nabi; “Ya Rasulullah, apakah setelah zaman kejelekan/kemunduran aka nada zaman kebaikan?”. Jawab Nabi; “Ya, akan tetapi Kedamaian yang diselimuti oleh Fitnah”. (HR. Abu Dawud, juz 4, hal 47, no hadis 4246)
Jika abad 13 H telah berlalu maka abad ke 14 H adalah zaman Khilafah `ala minhajin nubuwah (zaman kebaikan). Siapakah gerangan orang-orang yang telah mendakwahkan diri sebagai Imam Mahdi dan Masih Mau`ud selain Mirza Ghulam Ahmad dari Qadian, dan pada pendakwaannya itu terjadi dua tanda di langit berupa gerhana bulan dan gerhana matahari didalam bulan suci ramadlan?
Setelah Mulkan Jabariyah (Khilafah Islamiyah Turki Usmani) diangkat oleh Allah SWT maka pada zaman itu umat Islam sudah berada pada zaman Khilafah `ala minhajin nubuwah (Kepemimpinan berdasarkan system kenabian) disebut zaman kejayaan kedua.
Khilafah Turki Usmani telah runtuh pada 8 Maret 1924 M, mari kita cocokkan dengan Khilafah Ahmadiyah yang berdiri pada 27 Mei 1908 M, Mengapa 16 tahun berdiri lebih duluan daripada keruntuhan Khilafah Turki Usmani?  Hal itu seperti gigi anak yang copot, maka sebelum lepas gigi lama maka gigi baru sudah tumbuh duluan.
Dan kalau ternyata pada abad ke 14 H, itu tidak ada orang mendakwahkan sebagai Imam Mahdi dan Masih Mau`ud, maka tuduhan nabi palsu yang selama ini dilancarkan oleh anti Ahmadiyah adalah mlesetdan sudah semestinya mereka harus segera bertobat kepada Allah SWT dan ikuti pesan Rasul SAW untuk berbai`at kepada Imam Mahdi walaupun harus mendaki gunung salju dengan berjalan merangkak.
Dalil yang dipertahankan oleh MUI “La nabiyya ba`di”. Tidak ada nabi sesudah aku (Nabi) ternyata hanya dalam waktu terbatas.
buktinya semenjak Nabi Muhammad SAW wafat hingga runtuhnya Khilafah Turki Usmani selama 13 abad tidak ada seorang nabi yang diutus oleh Allah. Kalau tokh ada, itulah yang disebut Pendusta yang berjumlah 30 orang, maka ajaran mereka semuanya telah dihancurkan oleh Allah SWT sebagaimana seorang tentara gadungan yang diserahkan kepada sang Komendan, pasti mereka akan digelandang didalam penjara.
Berkenaan dengan pengakuan dusta mereka maka Allah berfirman yang artinya; “Dan sekiranya engkau (Muhammad) berkata dusta atas nama Kami sebagian perkataan engkau. Niscaya Kami mengambilnya dengan tangan kanan Kami. Kemudian akan Kami putuskan urat jantung engkau. Maka tidak ada seorang pun dari kalian yang dapat menaklukkan Kami (Qs. Al-Haqqah : 44 – 4 7).
Liga Muslim Dunia menolak pendakwaan Mirza Ghulam Ahmad sebagai Imam Mahdi dan nabi Isa as dengan tuduhan sebagai nabi palsu. Padahal dengan kewafatan beliau maka berdirilah Khilafah `ala minhajin nubuwah (II). Sesuai Qs. An-Nur : 55 “Bahwa Allah berjanji akan memberikan Khilafah dimuka bumi bagi orang-orang yang beriman dan beramal salih. Dan barangsiapa tidak percaya setelah datangnya Khilafah maka mereka dihukumi sebagai fasiq/durhaka kepada Allah.”
Kita semua tahu, dengan Khilafah Islamiyah maka umat Islam diseluruh dunia akan bangkit dan berjaya kembali. (Itulah sebabnya Hizbu Tahrir Indonesia /HTI telah lama mewacanakan berdirinya Khilafah Islamiyah namun tak kunjung jadi).
Dalam Mu`tamar NU ke 3 tahun 1928 di Surabaya menyebutkan;
“Kita wajib percaya bahwa nabi Isa diakhir zaman akan turun kedunia tanpa menghalangi Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi terakhir, karena ia turun hanya untuk menegakkan syari`at Nabi Muhammad (Islam). Adapun madzhab 4 pada wakti itu hapus.
Selama ini umat Islam menganggap bahwa Imam Mahdi dan nabi Isa as adalah dua orang. Padahal Rasul SAW bersabda “Tidak ada Mahdi kecuali Isa” (HR. Ibnu Majah, bab ayidatuz-zaman). Artinya; itu hanya sekedar pangkat yang diberikan Allah kepada Mirza Ghulam Ahmad as.
 Tentang sosok Isa yang dijanjikan didalam Al-Qur`an sebenarnya itu hanyalah merupakan perumpamaan. Perhatikan berfirman Allah yang artinya; “Dan ketika dijelaskan (bahwa yang akan datang adalah) putra Maryam sebagai missal, ketika itu kaum engkau (Muhammad) akan meneriakkan suara protes terhadapnya. (Qs. Az-Zukhruf : 57)
Untuk lebih jelasnya kita kutip nubuatan seorang Sufi terkenal di seluruh dunia Islam, Syekh Muhyidin Ibnu Arobi; “Apabila Imam Mahdi datang, maka tidak ada musuh yang nyata dari pada yang dinamakan kaum Fuqaha/ulama ahli fiqih” (Futuhatul Makkiyah, jilid III bab 366, hal. 374).
 Tanda-tanda akhir zaman, oleh Rasul SAW telah dijelaskan yang artinya; “Akan datang suatu masa yaitu; Islam akan tinggal namanya, Al-Qur`an tinggal tulisannya, mesjid-mesjid ramai tetapi kosong dari petunjuk, ulama-ulama mereka menjadi sejahat-jahat manusia dibawah kolong langit (global) karena menciptakan fitnah yang mengundang kerusakan dan pada akhirnya tanggung jawab kerusakan itu akan dipikul oleh mereka (HR. Baihaqi, Misykat, hal. 38)
Yang dimaksud Fitnah Ulama adalah fatwa Liga Muslim Dunia untuk mengingkari kedatangan seorang nabi/rasul setelah nabi Muhammad SAW, akibatnya mengundang adzab dari Allah SWT. Baca; “Wama kunna mu`adzibina hatta nab`atsa rosula”. Dan sekali-kali Kami tidak menurunkan azab sehingga Kami bangkitkan seorang rasul. Akan tetapi rasul tersebut mereka dustakan (Qs. Al-Isra` : 15)
Para ulama telah memanipulasi arti “Khotamannabiyyin” sebagai Nabi Penutup.
Jika ditilik dari asbabu nuzulnya ayat mulai dari ayat ke 37 s/d ke 40 surah Al-Ahzab. Disitu membahas persoalan “Tidak sama anak angkat dengan anak kandung”. Pada waktu itu Nabi SAW mendapat hinaan dari kaumnya karena menikahi janda (Zainab) dari bekas isteri anak angkatnya (Zaed bin Kharitsah).  Untuk membantah hinaan tersebut maka Allah sendiri yang menikahkan antara Nabi Muhammad SAW dengan Zainab “zawwajna-kaha” (Qs. 33 : 37).
 Jika “Khotamannabiyyin” diartikan sebagai Nabi Penutup maka itu tidak cocok, karena lawan kata hina bukan penutup tapi mulia.
Merteka (ulama mutaakhirin) suka mengartikan ayat secara salah untuk mempertahankan paham mereka yang orthodox. Perhatikan Firman Allah SWT; “Adapun orang-orang yang didalam hatinya bengkok (ada rasa dengki) mereka mengikuti ayat yang serupa dengannya untuk menimbulkan fitnah/kerusakan didalam mengartikan ayat….. (Qs. Ali-Imran : 7)
Contoh; karena Khotam ada yang artinya penutup, maka khotamannabiyyin harus diartikan sebagi penutup tanpa melihat rangkaian kalimat seutuhnya.
Amin Jamaludin memaksakan agar publik mengakui bahwa Ahmadiyah itu sesat karena punya kitab suci bernama Tadzkirah, tetapi Amin lupa, bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang Mujaddid yang Allah SWT bangkitkan untuk abad ke 14 H. seorang Mujaddid tidak mungkin seorang pendusta dan ilmu yang diterima dari Allah merupakan penyesat bagi umat Islam di seluruh dunia.
Dengan munculnya Fatwa Liga Muslim Dunia tentang Ahmadiyah sesat sejak tahun 1974 telah mengundang reaksi kebencian bagi umat lslam diseluruh dunia terhadap ajaran Ahmadiyah, sehingga mereka berusaha untuk mengajak kembali kepada Islam yang hakiki. Kalau tidak, maka disuruh membuat agama baru agar tidak menodai agama Islam mayoritas.
 Upaya mereka tersebut telah diberitakan dalam Al-Qur`an;
“Seorang rasul bernama Ahmad akan diseru untuk kembali kepada Islam. Mereka berusaha memadamkan cahaya (agama) Allah dengan ucapan mereka akan tetapi Allah menyempurnakan cahayanya, walaupun dibenci oleh orang-orang yang tidak percaya. Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad pada akhirnya diteruskan oleh Imam Mahdi, disitu agama Islam akan tegak kembali dan unggul diatas semua agama, namun syaratnya harus dibenci oleh orang-orang yang tidak percaya secara bersekutu.” (Qs. As-Shaf : 6 – 9)
Janji  Allah tersebut telah terbukti, yaitu satu golongan dimusuhi oleh 72 golongan, namun satu golongan tersebut bukannya padam, tapi justru muncul bersinar dari arah barat menuju kearah timur bagaikan matahari terbit dari arah barat.
Adapun mereka (yang membenci bergabung secara bersekutu – namun satu golongan tersebut justeru disambut oleh suatu kaum). Seperti apa arti ayatnya?
 “Niscaya sungguh akan kalian jumpai kerasnya permusuhannya manusia terhadap orang-orang yang beriman yaitu orang-orang Yahudi beserta sekutunya (benci kenabian), dan niscaya akan kalian jumpai sungguh hubungan akrab terhadap orang-orang yang beriman yaitu mereka yang berkata; Sesungguhnya kami adalah Nasrani. Yang demikian itu disebabkan karena dikalangan mereka terdapat Pendeta-pendeta dan Pastor-pastor, dan sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri”. (Qs. Al-Maidah : 82)
Al-Qur`an sebanyak 30 juz, telah diringkas menjadi 7 ayat, itulah Suratul Fatihah. Sekiranya tidak ada nabi sesudah Nabi Muhammad SAW tentu Al-Qur`an sebanyak 30 juz hanya diringkas menjadi 5 ayat.
Setiap kali umat Islam membaca Surah Fatihah seraya berdo`a “Bimbinglah kami ke jalan yang lurus (Ya Allah!), yaitu jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat atas mereka, selain orang-orang yang Engkau murkai dan selain pula orang-orang yang Engkau biarkan tersesat.
Padahal  do`a itu semenjak dipanjatkan oleh Nabi Muhammad SAW  dan dibaca oleh umat Islam di seluruh dunia hingga abad ke 14 H, maka Allah baru mengabulkan do`a tersebut dengan membangkitkan Imam Mahdi, namun hingga kini jutru dipersengketakan oleh  Rabithah secara internasional dan MUI di Indonesia.
Tidak ada paksaan didalam Agama Islam, akan tetapi setelah Islam dipeluk maka Allah perintahkan agar pelajari ilmu Islam tersebut secara kaffah (menyeluruh) dan tidak boleh sepotong-sepotong.
Mereka (umat Islam mayoritas) yang ilmunya hanya sepotong-sepotong, namun mereka merasa paling benar  maka yang muncul dipanggung dunia hanyalah pemaksaan kehendak (lihat sikap MUI cs ketika berdialog dengan Ahmadiyah) di tonton oleh seluruh dunia.
Ingat! Rasul SAW telah bersabda; “Umatku dikemudian hari akan mengikuti sifatnya kaum Yahudi dan kaum Nasrani sebagaimana sepasang sepatu.”
 Jika sifat kaum Yahudi adalah anti kenabian maka umat Islam di kemudian hari sifatnya juga akan anti kenabian, dan jika kaum Nasrani menganggap seorang manusia mampu jadi juru tebus dosa, maka fatwa Liga Muslim Dunia atau MUI juga akan lebih dipercaya oleh Islam mayoritas dari pada firman Allah dan sabda Rasul SAW.
Liga mengatakan; bahwa Ahmadiyah dibantu oleh imperialis Inggris itu adalah fitnah. Bagaimana sebuah Negara Inggris yang penduduknya mayoritas beragama Kristen, dimana keyakinan mereka Yesus Kristus (nabi Isa as) duduk disamping kanan Allah, sedangkan keyakinan Ahmadiyah adalah Nabi Isa as sudah wafat dan terkubur di bumi. Bagaimana mereka akan membantu dakwah Ahmadiyah? Kecuali orang-orang Inggris yang sudah masuk Islam melalui dakwah Ahmadiyah otomatis mereka akan membayar candah/infaq disetiap bulannya.
Bukti Nabi Isa as telah wafat, Allah berfirman yang artinya; “Dan Kami menjadikan (Isa) putera Maryam beserta ibunya suatu tanda, dan Kami lindungi keduanya didataran tinggi, subur dan bermata air yang mengalir” (Qs. Mu`min : 50) Adapun kuburan nabi Isa ada di kampung Khan-yar, Srinagar, Kashmir).
Tuduhan Liga, bahwa Ahmadiyah pro dengan Imperialisme dan Zionis?
Sifat Imperialisme adalah anti Khilafat, sedangkan sifat Zionis/Yahudi adalah anti kenabian. Hal itu mereka lakukan semenjak Nabi Bawud as, Nabi Isa as, Nabi Muhammad SAW.
Adapun untuk menindak para pengikut Imam Mahdi di berbagai negara di zaman sekarang ini maka kaum Yahudi telah mempunyai kaki tangan berupa Liga Muslim di tingkat internasional dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Indonesia.
 Liga Muslim mengatakan, bahwa Ahmadiyah membangun mesjid untuk menghimpun kejahatan dan penafsiran AL-Qur`an kedalam berbagai bahasa dunia untuk menyimpangkan akidah Islam, itu adalah fitnah.
Akibat fatwa tersebut sehingga mesjid-mesjid Ahmadiyah di Jawa Barat dan di NTB sering dihancurkan oleh massa dari golongan garis keras. Bahkan para demonstran di Amerika yang tadinya hendak membakar Al-Qur`an tidak jadi, maka upaya membakar Al-Qur`an tersebut berhasil dibakar dengan leluasa di Indonesia (di mesjid Cisalada) oleh kaum berjubah dan bersorban.
Sekolah-sekolah dan panti asuhan yang didirikan Ahmadiyah adalah untuk mengajarkan anti Islam, itu juga fitnah.
 Inilah yang dijadikan alasan sehingga Bupati kuningan pernah mensegel sebuah Panti Asuhan yang didirikan oleh Ahmadiyah. Gara-gara terpengaruh  oleh suara mayoritas, padahal itu fitnah.
Tuduhan Liga, bahwa Mirza Ghulam Ahmad meniadakan Jihad.
Rupanya mereka tidak memahami hadis, tentang kedatangan Nabi Isa as adalah untuk meniadakan peperangan, akan tetapi ia tetap berjihad melawan musuh-musuh Islam lewat tulisan-tulisan.
Ternyata fitnah yang dilancarkan oleh Liga Muslim Dunia selama ini hanyalah menguntungkan bagi musuh-musuh Islam dengan menggunakan kekuatan umat Islam mayoritas yang tidak pahami agama, sehingga agama bisa dijadikan alat kepentingan politik serta untuk merusak tatanan kemanusiaan yang adil dan berdab di negeri Pancasila ini. (para pelaku anarkis tidak pernah ditindak sesuai aturan hokum yang berlaku di negeri ini)
Kaum Yahudi semenjak dahulu memang tidak senang dengan Pancasila. Hal ini bisa dilihat, bagaimana sikap Arab (Rabithah) terhadap negara-negara Islam tetangga  (Irak & Pelestina dll) dan bagaimana keadaan sekarang Arab itu sendiri? Sedangkan Negara-negara didunia yang tidak bergabung dengan Rabithah pada umumnya mereka aman-aman saja.
          Mari kita renungkan sejenak, semenjak Ahmadiyah ada di Indonesia pada tahun 1925 M, masyarakat Indonesia tenang-tenang saja, padahal mereka tetap mendakwahkan apa yang menjadi keyakinan mereka ketengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia sehingga pernah tejadi perdebatan di tahun 1930 an yang difasilitasi oleh pemerintah Belanda antara Mubaligh Ahmadiyah Mln. Muhammad Ayub (dari Sumatera) dengan A. Hasan Bangil/Bandung (keturunan Arab). Hasil perdebatan tersebut dapat dijadikan contoh tentang kesantunan para hadirin diwaktu itu.
          Dengan adanya Fatwa Liga Muslim Dunia yang propokatif itu, merupakan penyebab rusaknya sendi-sendi kesantunan bagi umat Islam diseluruh dunia, yang pada akhirnya Yahudilah yang akan menguasai dunia, karena umat Islam ternyata dapat diadu domba terhadap sesama Muslimnya. Padahal mereka (muslim mayoritas) juga meyakini bahwa nabi Isa akan turun diakhir zaman untuk tegakkan syari`at Islam.  
Rasul akan selalu datang hingga hari kiamat :
Allah berfirman yang artinya; “Hai anak Adam! Jika datang sungguh kepada kalian rasul-rasul dari kalangan kalian yang akan menerangkan pada ayat-ayat-Ku, barang siapa bertaqwa (kepada-Ku) dan damai (kepada mereka) maka tidak ada hawatir atas mereka dan mereka tidak bersedih hati. (Qs. Al-A`raf : 35).
Keterangan Tafsir Al-Azhar oleh Prof. Dr. Hamka. Cetakan; tahun 2001 tentang Surat Al-A`raf : 35 menyebutkan;
 “Sekali lagi dengan menyeru manusia sebagai Anak-anak Adam. Sebab itu meskipun mulai diturunkan adalah terhadap kaum Quraisy di Makkah, dia berlaku untuk selanjutnya, bagi seluruh Bani Adam, selama bumi ini masih dihuni manusia. Dia adalah sebagai salah satu dasar daripada Ilmu Masyarakat. Ilmu tentang naik dan turunnya suatu bangsa. Dan dasar pula daripada Ilmu Jiwa Akhlak untuk pegangan perseorangan.” Demikian kata Prof. Dr. Hamka.
Al-Qur`an sebanyak 30 juz, telah diringkas menjadi 7 ayat, itulah Surat Al-Fatihah. Sekiranya tidak ada nabi sesudah Nabi Muhammad SAW tentu 30 juz diringkas menjadi 5 ayat.
Setiap kali umat Islam membaca Surah Fatihah mau tidak mau pasti harus berdo`a memohon bimbingan ke jalan yang lurus (Ya Allah!), yaitu jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat atas mereka, selain orang-orang yang Engkau murkai dan selain pula orang-orang yang Engkau biarkan tersesat.
Semenjak do`a itu dipanjatkan pada zaman Nabi Muhammad SAW hingga akhir abad ke 13 H, maka Allah baru mengabulkan do`a tersebut setelah membangkitkan Imam Mahdi di awal abad ke 14 H, yang hingga kini sedang dipersengketakan oleh  Rabithah secara internasional dan MUI khusus di Indonesia.
Nabi Muhammad SAW pernah diingatkan oleh Allah agar tidak terpengaruh dengan jumlah suara terbanyak;
 “Dan jika kamu mengikuti ajakan kebanyakan manusia dimuka bumi niscaya mereka akan menyesatkan engkau dari jalan Allah, mereka tidak mengikuti melainkan dari hasil persangkaan belaka dan mereka tidak mengikuti kecuali berdusta kepada Allah (Qs. Al-An`am : 116). Dan jika ada berita fasik maka selidikilah (sebagaimana ayat pertama diatas)
Umat Islam disetiap tahiyat akhir juga membaca “…..wa min fitnatil masihid Dajjal”. Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari kerusakan….penyebar kedustaan. Setelah itu ucapkan salam seraya menoleh kekanan dan kekiri, artinya; sebarkan kedamaian baik kepada sesama Muslim maupun kepada non Muslim.
Ternyata, “Wajah Asli Dinasti Saudi” adalah berketurunan orang Yahudi. Silahkan klik: http://wildwestwahabi.wordpress.com/2009/02/11/wajah-asli-dinasti-saudi/                      Posted by administrator www pada Februari 11, 2009.